"Keep shinning, keep smilling knowing you can always count on me, for sure, that's what friends are for "
SUARA Stevie Wonder samar-samar
terdengar dari stereo set yang terletak di atas meja kayu.
Tak jauh dari situ tampak koleksi
album beberapa grup berjejer rapi.
Di dinding tepat di atas kursi
panjang terpampang tiga buah bingkai yang kalau dilihat dari jarak yang cukup
akan membentuk lukisan mono.
Pada sisi pojok terdapat beberapa
bunga krisan terbungkus rapi bagian batangnya dalam sebuah vas yang senada
dengan warna bunga tersebut
Tanpa perlu bertanya seakan
menjelaskan bahwa sang empunya memiliki rasa seni yang lumayan baik. Rasa yang
jarang dimiliki pada jaman yang serba instan ini.
Apartemen ini memiliki 20 lantai
plus basement. Lantai paling bawah biasa
digunakan untuk sekedar berkumpul makan bersama sesama penghuni apartemen.
Meskipun tak terlalu besar tapi cukup untuk menampung beberapa lusin orang yang
memang tidak semua penghuninya mengisi perut di tempat ini.
Mungkin pemilik gedung secara tak
langsung ingin memaksa para pembeli atau penyewannya untuk saling mengenal
dengan suasana kekeluargaan. Dengan begitu paling tidak di harapkan mereka
mengajak teman atau keluarga lain untuk juga tinggal di tempat yang hanya
beberapa gelintir saja yang dapat memilikinya. Mungkin itu tujuan utamanya.
Dhaniar tinggal di sini belum
cukup lama, kira-kira baru 2 bulan lebih. Ayahnya menghadiahkan sebuah kamar di
lantai 6 yang menghadap ke timur, agar matahari pagi bebas menyusup
menghangatkan tubuh dara manis ini.
Daya ingatnya masih cukup kuat
untuk mengingat apa yang dikatakan guru SMA-nya dulu bahwa sinar matahari pagi
bagus buat kulit karena mengandung unsur vit E yang berfungsi sebagai sarana
peremajaan kulit. Oleh sebab itu Dhaniar merubah dekor kamarnya agar tempat
tidurnya berhadapan dengan jendela.
Anak kedua dari 3 bersaudara yang
semuanya laki-laki ini berasal dari keluarga mapan, orang biasa menyebutnya
"borjuis".
Ayahnya memiliki beberapa
perusahaan patungan asing yang bergerak di bidang perminyakan dan perkebunan
teh.
Meskipun di manja oleh orang
tuanya, dia tak memiliki sifat seperti "anak mama" yang sebentar-bentar
"bibiii ...".
Mandiri, itulah kata yang selalu
diucapkan ayahnya agar anak-anaknya tidak terlalu cengeng menghadapi hidup ini.
Pak Widjaja tidak mendapatkan
semua ini dengan begitu saja alias mengandalkan warisan, tapi melalui kerja
keras. Makannya dia selalu mewanti-wanti tentang pentingnya disiplin.
Ada pepatah yang bilang,
"buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya". Itu pula yang berlaku pada
Dhaniar, dia memutuskan untuk lepas dari orang tua, tinggal di luar kota, guna
meneruskan studinya di salah satu universitas di kota gudeg, kota sejarah.
"Halo anak manis, gimana
kabarnya pagi ini ?"
"Eh baik, cuman masih rada
ngantuk nih"
"Emangnya tadi malem ngapain
?, begadang yaa ?, anak cewek 'nggak boleh tidur malem lho, nggak bagus buat
kesehatan"
"Sok tau kamu, ini nih..,aku
ada janji sama bu Ratna, dia bilang aku disuruh menemuinya sehabis kuliah
pertama".
"Soal ?"
"Nyiapin makalah buat minggu
depan, soalnya aku kebagian giliran dan aku 'nggak mau makalahku yang pertama
ini di tolak"
"Kalau dilihat dari materi
yang kamu bahas itu, aku yakin kamu bakal dapet nilai plus, soalnya selain
informasi pendukungnya susah di dapat juga belum ada anak-anak yang berani
membahas masalah tersebut".
"Menurutku ini biasa aja,
tapi emang sih ada beberapa yang rada cukup sulit". "Ngomong-ngomong
kamu sendiri gimana?, sukses?".
"Belum...,aku minta sama bu
Ratna supaya di tunda sampai semester depan".
"Lho.. emangnya
kenapa?".
"Biasa..,belum siap modal dan
pikiran".
"Ah..bisa aja, oke deh aku
duluan, sampe ketemu". Tutup Dhaniar sambil berjalan agak cepat.
coda__
Dhaniar membanting tas-nya di atas
tempat tidur melampiaskan kesalnya.
Secara tak sadar pengaruh emosi
telah memerintahkan otak untuk memproduksi kelenjar adrenalin di luar batas
normal, batas di mana kestabilan antar organ tubuh masih di bawah kendali.
Tampak sesekali dia mencoba
menuruti aura negatif-nya. - Ini berlangsung beberapa saat.
Dhaniar berusaha untuk
menyeimbangkannya kembali pada kondisi ideal, kondisi satu banding empat,
dengan berdiri di luar bertopang pada balustrade. Energi siap pakai yang tidak
tersalurkan tersebut telah di konversi menjadi cairan bergaram yang berusaha
keluar dari pori-pori kulitnya. Dan selanjutnya menguap cepat karena perbedaan
suhu yang tidak seimbang
Membiarkan angin menyusun
helai-helai rambutnya sehingga seakan tercipta ombak pada mahkotanya. Indra
perasa di wajahnya merasakan aliran udara cepat. Dhaniar tetap menjaga egonya
untuk tidak berubah sifat, itu dilakukan sambil berusaha menyelaraskan pikiran
untuk membenarkan nalar umum yang mengatakan bahwa suatu hal tidak bersifat
mutlak meskipun berusaha telah mutlak dilakukan.
-"Coba bayangin, aku udah
mati-matian buat nyelese'in tugas itu, sampe bela-belain telat tidur"
"Nggak abis pikir, apa maunya
dosen itu" sambungnya.-
Kata-kata yang selalu
dilontarkannya setiap ditanya tentang makalah yang tidak disetujui itu.
Mojokerto 20'3'00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar