Selasa, 07 Januari 2014

Relativitas I


"Keep shinning, keep smilling knowing you can always count on me, for sure, that's what friends are for "







SUARA Stevie Wonder samar-samar terdengar dari stereo set yang terletak di atas meja kayu.

Tak jauh dari situ tampak koleksi album beberapa grup berjejer rapi.


Di dinding tepat di atas kursi panjang terpampang tiga buah bingkai yang kalau dilihat dari jarak yang cukup akan membentuk lukisan mono.

Pada sisi pojok terdapat beberapa bunga krisan terbungkus rapi bagian batangnya dalam sebuah vas yang senada dengan warna bunga tersebut

Tanpa perlu bertanya seakan menjelaskan bahwa sang empunya memiliki rasa seni yang lumayan baik. Rasa yang jarang dimiliki pada jaman yang serba instan ini.



Apartemen ini memiliki 20 lantai plus basement. Lantai paling  bawah biasa digunakan untuk sekedar berkumpul makan bersama sesama penghuni apartemen. Meskipun tak terlalu besar tapi cukup untuk menampung beberapa lusin orang yang memang tidak semua penghuninya mengisi perut di tempat ini.

Mungkin pemilik gedung secara tak langsung ingin memaksa para pembeli atau penyewannya untuk saling mengenal dengan suasana kekeluargaan. Dengan begitu paling tidak di harapkan mereka mengajak teman atau keluarga lain untuk juga tinggal di tempat yang hanya beberapa gelintir saja yang dapat memilikinya. Mungkin itu tujuan utamanya.



Dhaniar tinggal di sini belum cukup lama, kira-kira baru 2 bulan lebih. Ayahnya menghadiahkan sebuah kamar di lantai 6 yang menghadap ke timur, agar matahari pagi bebas menyusup menghangatkan tubuh dara manis ini.

Daya ingatnya masih cukup kuat untuk mengingat apa yang dikatakan guru SMA-nya dulu bahwa sinar matahari pagi bagus buat kulit karena mengandung unsur vit E yang berfungsi sebagai sarana peremajaan kulit. Oleh sebab itu Dhaniar merubah dekor kamarnya agar tempat tidurnya berhadapan dengan jendela.

           

Anak kedua dari 3 bersaudara yang semuanya laki-laki ini berasal dari keluarga mapan, orang biasa menyebutnya "borjuis".

Ayahnya memiliki beberapa perusahaan patungan asing yang bergerak di bidang perminyakan dan perkebunan teh.

Meskipun di manja oleh orang tuanya, dia tak memiliki sifat seperti "anak mama" yang sebentar-bentar "bibiii ...".

Mandiri, itulah kata yang selalu diucapkan ayahnya agar anak-anaknya tidak terlalu cengeng menghadapi hidup ini.

Pak Widjaja tidak mendapatkan semua ini dengan begitu saja alias mengandalkan warisan, tapi melalui kerja keras. Makannya dia selalu mewanti-wanti tentang pentingnya disiplin.

Ada pepatah yang bilang, "buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya". Itu pula yang berlaku pada Dhaniar, dia memutuskan untuk lepas dari orang tua, tinggal di luar kota, guna meneruskan studinya di salah satu universitas di kota gudeg, kota sejarah.



"Halo anak manis, gimana kabarnya pagi ini ?"

"Eh baik, cuman masih rada ngantuk nih"

"Emangnya tadi malem ngapain ?, begadang yaa ?, anak cewek 'nggak boleh tidur malem lho, nggak bagus buat kesehatan"

"Sok tau kamu, ini nih..,aku ada janji sama bu Ratna, dia bilang aku disuruh menemuinya sehabis kuliah pertama".

"Soal ?"

"Nyiapin makalah buat minggu depan, soalnya aku kebagian giliran dan aku 'nggak mau makalahku yang pertama ini di tolak"

"Kalau dilihat dari materi yang kamu bahas itu, aku yakin kamu bakal dapet nilai plus, soalnya selain informasi pendukungnya susah di dapat juga belum ada anak-anak yang berani membahas masalah tersebut".

"Menurutku ini biasa aja, tapi emang sih ada beberapa yang rada cukup sulit". "Ngomong-ngomong kamu sendiri gimana?, sukses?".

"Belum...,aku minta sama bu Ratna supaya di tunda sampai semester depan".

"Lho.. emangnya kenapa?".

"Biasa..,belum siap modal dan pikiran".

"Ah..bisa aja, oke deh aku duluan, sampe ketemu". Tutup Dhaniar sambil berjalan agak cepat.



coda__



Dhaniar membanting tas-nya di atas tempat tidur melampiaskan kesalnya.

Secara tak sadar pengaruh emosi telah memerintahkan otak untuk memproduksi kelenjar adrenalin di luar batas normal, batas di mana kestabilan antar organ tubuh masih di bawah kendali.

Tampak sesekali dia mencoba menuruti aura negatif-nya. - Ini berlangsung beberapa saat.

Dhaniar berusaha untuk menyeimbangkannya kembali pada kondisi ideal, kondisi satu banding empat, dengan berdiri di luar bertopang pada balustrade. Energi siap pakai yang tidak tersalurkan tersebut telah di konversi menjadi cairan bergaram yang berusaha keluar dari pori-pori kulitnya. Dan selanjutnya menguap cepat karena perbedaan suhu yang tidak seimbang



Membiarkan angin menyusun helai-helai rambutnya sehingga seakan tercipta ombak pada mahkotanya. Indra perasa di wajahnya merasakan aliran udara cepat. Dhaniar tetap menjaga egonya untuk tidak berubah sifat, itu dilakukan sambil berusaha menyelaraskan pikiran untuk membenarkan nalar umum yang mengatakan bahwa suatu hal tidak bersifat mutlak meskipun berusaha telah mutlak dilakukan.



-"Coba bayangin, aku udah mati-matian buat nyelese'in tugas itu, sampe bela-belain telat tidur"

"Nggak abis pikir, apa maunya dosen itu" sambungnya.-

Kata-kata yang selalu dilontarkannya setiap ditanya tentang makalah yang tidak disetujui itu.



Mojokerto 20'3'00


Tidak ada komentar:

Posting Komentar