Selasa, 07 Januari 2014

Tentang musik






WELL.. dosa rasanya membahas grup band dunia kalau tidak di mulai dari The Beatles. Bukan karena gue yang ngefans berat tapi karena memang hampir semua pencinta musik kenal sama grup asal Liverpool Inggris itu, paling enggak pernah denger lagunya barang sekali dua kali.

Grup yang beranggotakan 4 orang ini emang enggak dipungkiri kesaktiannya, dari mulai debut pertamanya sampe tutup buku tahun ‘70 tetap di sukai dan di hormati oleh para pendengar maupun pencipta musik, bahkan sampe saat ini.
Lagu-lagu The Beatles banyak bertemakan soal cinta dan kritik sosial dengan lirik yang mudah dipahami. Musik nya juga gak terlalu berat alias mudah dicerna… oleh balita sekalipun. Harmoninya tersusun apik tanpa membedakan usia dan status. Itu sebabnya segmen penggemarnya luas mulai dari ortu sampe cucunya, kaum tajir sampe papa, dari yang bertitel Ph.D sampe yang kagak pernah makan sekolahan semuanya demen sama musiknya. Abis enak sih…

Merupakan tradisi atau apa, mereka yang sudah mapan mencoba melawan sesuatu yang menurut mereka tidak benar atau aneh, coba simak lagu Taxman, Lady Madonna atau Eleanor Rigby', pasti yang berkepentingan sakit kupingnya kalau ndengerin lagu itu.
Puncak kekurangajaran terjadi ketika tahun ’66 John Lennon berujar bahwa The Beatles lebih tenar dari Jesus Kristus. Kontan saja protes datang dari mana-mana, mereka dikutuk album mereka dibakar. Untung saja Lennon segera minta maaf, kalau enggak…
Ketenaran serta uang yang berlimpah membuat para personil The Beatles mulai jenuh akan rutinitas. Mereka berguru pada Maharishi Mahesh Yogi yang orang India tulen untuk belajar meditasi, mereka mencoba memasuki alam trance. Alam yang katanya membuat orang jadi sadar kagak mati juga kagak. Jadi apa dong… au ah gelap!.
Album Magical Mistery Tour mungkin bisa memberi gambaran tentang apa yang ada dalam benak mereka pada saat itu.
Selain bermusik mereka sempat juga membuat film seperti A Hard Day’s Night, Help dll, tapi kalau mau menilai bagaimana akting mereka di depan kamera, jangan nyetel yang judulnya Yellow Submarine. Soalnya itu film kartunnya.

Sebagian besar lagu-lagu The Beatles yang membawakan kalau enggak Lennon ya Paul, sedang di antara keempat personilnya suara Ringo yang punya warna beda.
Sepeninggal sang manajer Brian Epstein yang diikuti dengan perseteruan antara John Lennon dengan Paul McCartney membuat The Beatles di ambang kematian. Paul berniat mengambil alih jabatan manajer tapi ditolak. Meski George Harrison dan Ringo Starr berada di pihak yang netral tetap saja mereka tidak bisa mendamaikan kedua jenius itu. Sampai akhirnya The Beatles tidak bisa tertolong lagi alias wafat dengan selamat tanggal 10 April 1970.

Banyak yang menyayangkan memang, tapi mau gimana lagi, lha wong udah pada gak kompak… iya to!.
Perpecahan The Beatles tercatat sebagai perpecahan paling menghebohkan dalam dunia musik sepanjang jaman. Sesudah pecah masing-masing personilnya mengejar tujuan musiknya. John Lennon tetap bertahan terhadap gaya musik popnya yang khas serta melakukan beberapa kegiatan sosial bersama istri ke-duanya Yoko Ono. Paul kemudian membentuk Wings, George Harrison menekuni musik timur bersama Ravi Shankar. Sementara Ringo Starr lebih suka menjadi bintang film.

The Beatles telah tiada tetapi arwahnya tetap bergentayangan merasuki jiwa para Beatlemania. Lennon dkk telah membuat sejarah dan sejarah belum terulang sampai saat ini.

Banyak yang bilang kalau suka musik The Beatles berarti anak mama tapi kalau suka The Rolling Stones berarti anak pemberontak !.

Kayaknya emang gak begitu salah, kelakuan personil The Rolling Stones saat on maupun off stages emang bikin ihh…. Pernah di beritakan pada suatu konser mereka di Amerika sana sepasang adam hawa melakukan hubungan seks di tengah kerumunan puluhan ribu penonton!.. gile benerr…
Eh… pas Mick Jagger manggung di Senayan sekitar tahun 89-an ada enggak ya yang kayak gitu…
Kalau dilihat beberapa lirik lagu-lagu mereka cenderung tendensius dan memacu adrenalin untuk mengalir deras, simak Symphati for The Devil, Beast of Burden, Under My Thumb, Play With Fire, I can’t get no satisfaction atau yang lainnya.
Musik The Stones sangat menyentuh dengan lirik yang sederhana tapi “kuat”. Mick Jagger dan Keith Richard paham gimana caranya mempengaruhi penggemarnya, kedua dedengkot itu seakan tahu betul apa permasalahan anak muda, lalu mereka mencoba memberikan solusinya lewat musik. Maka tak heran pada masa itu para penganut Flower Generation menjadikan karya-karya The Rolling Stones menjadi semacam buku panduan hidup.

Gak tau kenapa ya kalau ndengerin lagu-lagu mereka khok seakan kita ditemenin, merasa tenang mirip anak kecil kalau diberi boneka. Ada pepatah, “Kalau anda pergi ke tempat terpencil apa yang anda bawa, album The Rolling Stones”.
The Stones identik dengan narkoba, berapa kali mereka berurusan dengan polisi karena barang haram itu. Juga untuk urusan syahwat, kabarnya Mick Jagger sudah pernah mengencani istri-istri personil yang lain kecuali istrinya Charlie Watts!.  Wah gawat…

Selain yang negatif di atas ada juga lho yang positif, seperti bagaimana mereka memandang pentingnya suatu kekompakan. Selepas Bryan Jones yang digantikan Ronny Wood,The Stones belum pernah ganti personil. Dalam Waiting On A Friend mereka menggambarkan persahabatan adalah sesuatu yang indah.
Meskipun urakan mereka juga mampu menciptakan lagu-lagu cantik, simak saja She’s A Rainbow, Memory Motel, Backstreet Girl atau Lady Jean. Untuk lagu yang pertama, ini mengingatkan gue sama temen yang ada di sono no…

She combs colors everywhere
She combs hairs
She’s like a rainbow…

Sampai tulisan ini dibuat The Stones masih berdiri dengan tegar meski usia para personilnya udah lebih dari setengah abad alias udah pada bau tanah. Mungkin karena semangat serta penjiwaan di musik yang mereka tekuni membuat The Stones tetap eksis di tengah gempuran grup-grup baru. Jagger dan konco-konco tidak tega meninggalkan para Stones mania. Tahun ini The Stones memulai tur konsernya di beberapa negara. Sayang di sayang sekali mereka ogah mampir ke sini, bukan karena kagak ada promotor tapi mungkin lebih karena kondisi negri ini yang masih amburadul dul dul dul… shit!.

Bulan ini Mick Jagger di undang ratu Elizabeth untuk di anugrahi gelar Sir. Kaum bangsawan yang konservatif memprotesnya karena katanya Mick enggak layak dapet gelar yang cuman boleh di pake sama orang yang darahnya biru saja. Tapi ucapan seorang ratu adalah titah yang tak terbantahkan. Ya… akhirnya harus rela deh para bangsawan kolot itu untuk duduk sebangku dengan si bibir dower.
Ternyata usut punya usut keputusan kontroversial itu adalah hasil rekomendasi PM Tony Blair yang emang penggemar berat The Rolling Stones. Ehmm… pantes aja…

Formasi The Rolling Stones sekarang Mick Jagger, Keith Richard, Ron Wood dan si culun Charlie Watts minus Bill Wyman yang mengundurkan diri belakangan ini. Mungkin karena faktor usia.

Di tengah buaian musik The Beatles dan The Rolling Stones yang kadang enak buat tidur muncul aliran yang lebih progresif yang diusung oleh empat cowok jagoan yang tergabung dalam Led Zeppelin. Mereka memasuki jagad musik untuk memenuhi keinginan sebagian masyarakat yang haus akan musik yang lebih nyaring yang lebih honky tonk.

Musik Led Zeppelin benar-benarguitar oriented, seolah tidak ada waktu luang bagi dewa gitar Jimmy Page untuk berdiam diri menunggu waktu interlude tiba. Dengan warna vokal Robert Plant yang melengking serta di padu dengan erangan distorsi gitar ditambah pukulan bedug dinamis John Bonham yang diikuti dengan dentuman bass John Paul Jones maka jadilah musik yang hingar bingar sejati.
Jimmy Hendrix, Led Zeppelin serta Deep Purple  merupakan peletak dasar musik cadas yang ada sekarang. Mereka menciptakan beat-beat yang nantinya menjadi panduan dalam memainkan musik metal.

Diantara sekian banyak tembang-tembang Led Zeppelin, ada satu lagu yang sangat harmonis dan bersejarah,Stairway to Heaven. Lagu tersebut merupakan hasil olah pikir yang mendalam dari sang maestro musik.  Dalam bait terakhir mereka berpesan:

The tune will come to you at last
When all are one and one is all
To be a rock and not to roll…

Dan gue berpesan, “Jatuhkan lututmu, sujudlah kepada para pelopor musik”.

Sekarang kita menyebrang ke benua Amerika tepatnya Amerika selatan. Disana sudah menunggu pakar musik afro-latin Santana.

Sebagai pemimpin, Carlos Santana berhasil membawa musik latin yang enak dibuat joged ke dalam jalur rock dengan tetap mengusung perangkat khas musik latin seperti selusin perkusi dan conga.

Lagu mereka yang pasti udah pernah kita dengar seperti Oye Comova, BMW (Black Magic Woman) dan yang baru Smooth.
Grup yang pernah manggung di Senayan ini keliatannya cukup mampu menggiring penggemar rock untuk juga melirik musik latin sebagai musik alternatif mereka.

Sekarang kita balik lagi ke Eropa lebih presisi lagi Inggris. Gue heran kenapa grup-grup legendaris banyak dilahirkan di Inggris, ternyata masyarakatnya bukan cuman doyan bola tapi jago juga main musik.

Di negara union jack itu selain tiga grup yang di sebutkan di atas ada lagi, Genesis.

Sebagian orang mungkin menyangka kalau Genesis dulu dibentuk salah satunya oleh Phil Collins. Padahal si botak itu datengnya belakangan. Awalnya seksi vokal dipegang oleh Peter Gabriel sedang Phil pada drum, tapi gak tau kenapa ehh malah Phil yang jadi tukang cuap-cuap merangkap tukang pukul bedug. Melihat kondisi yang sudah berbalik ini akhirnya pak Peter cabut dari Genesis.
Awalnya terlihat sekali idealisme mereka. Musiknya kurang enak didengar alias bukan selera pasar.

Setelah Phil Collins ikut menulis lagu dan pegang microphone musik Genesis mulai di gemari, selain karena warna vokalnya yang khas, gebukan drum yang berciri juga karena tangan dinginnya dalam membuat lagu-lagu manis. Katanya, udah bawaan orok sih..
Meskipun begitu bukan lalu Genesis di dominasi oleh bocah ajaib itu, musik Genesis berkomposisikan hampir merata untuk setiap personilnya, malah kadang terlihatTony Banks yang jago memainkan synthesizer nada-nada pendek dengan teknik pengulangan cukup menonjol pada musik Genesis.
Lagu-lagu Genesis yang cukup tenar seperti, Me and Sarah Jane, No Reply at All, Ilegal Alien, Throwing It All Away, Invisible Touch dll.
Karena hanya berisi tiga orang tetap maka setiap manggung Genesis selalu membawa pemain tambahan Chester Thomson dan Daryl Stuemer pada seksi drum dan gitar pada saat Mike Rutherford pegang bass.

Gak lama setelah album We Can’t Dance dirilis th ’91 Phil Collins memutuskan untuk keluar untuk konsentrasi pada solo karir. Sebenarnya itu juga dilakukannya berbarengan dengan dirinya di Genesis.

Cukup banyak perpedaan antara musik Genesis dan Phil Collins. Di solonya Phil lebih banyak menempatkan instrumen trompet dan drum untuk mengisi komposisinya. Lagu-lagunya juga lebih santai dengan muatan harmonis. Liriknya bertemakan pribadi dan pengalaman hidupnya. Simak lagu seperti Don’t Let Him Steal Your Heart Away, Why Can’t It Wait ‘Till Morning, Like A China, All Of My Life dll. Untuk yang juga penggemar Eric Clapton silahkan puter I Wish It Would Rain Down.

Phil termasuk musisi papan atas, almarhumah putri Diana pernah nonton salah satu konser Phil Collins. Kadang gue gak habis pikir, bisa aja tuh orang buat lagu-lagu bagus.
Sama seperti di Genesis, Phil Collins juga memboyong Chester Thomson dan Daryl Stuemer untuk bantu-bantu di setiap konsernya. Gile enak banget tuh orang, dapat order sana-sini.
Phil Collins pernah sekali gelar konser di Jakarta tepatnya di bekas sirkuit Ancol. Itu konser emang top banget, baik dari sound system, lighting maupun tata panggung, semuanya megah.

Kita belon kemana-mana tapi masih tetap di Inggris!. Ini dia yang kita tunggu-tunggu, here they come… QUEEN

Nothing compares to them.

Dengan latar belakang sang vokalis sebagai mantan penyanyi gereja, teknik koor Queen memiliki ciri khas yang sampe sekarang belon ada yang nyamain, begitu juga sound harmony yang disisipkan Brian May pada setiap interlude. Andra dengan sukses mengadopsi teknik cantik ini pada beberapa lagu Dewa 19.
Dengan di dukung penguasaan bermusik setiap personilnya terutama Freddie Mercury plus Brian May dihasilkan karya-karya yang sangat apik, simak Love of My Life, You and I atau Bohemian Rhapsody yang oleh Guiness Book of Records dinobatkan sebagai lagu favorit sepanjang masa.

Sebagian besar tembang-tembang Queen di ciptakan oleh Freddie yang kadang liriknya sedikit nakal seperti pada Get Down Make Love  atau Don't Stop Me Now 

I’m a sex machine ready to reload…

Seperti halnya The Beatles dan The Rolling Stones, Queen juga mengabadikan tentang hangatnya sebuah persahabatan lewat karya You’re My Best Friend dan Friends Will be Friends.

Queen yang diperkuat oleh Freddie Mercury vokal, Brian May gitar, John Deacon bass dan Roger Taylor drum juga menjalin kerja bareng dengan musisi lain seperti David Bowie yang menghasilkan karya Under Pressure, yang mengkritik kita, kenapa kerja mesti mati-matian, santai aja man…
Selain merilis album, grup yang pada setiap konsernya selalu di tutup dengan lagu God Saves The Queen ini sempat pula membuat soundtrack untuk film Flash Gordon.

Tak dipungkiri jasa besar Freddie membesarkan Queen, sepeninggalannya karena AIDS 24 November 1991 mengakibatkan Queen kehilangan satu kaki yang membuat Queen jadi sulit untuk berjalan. Tanpa Freddie Queen lebih baik dimatikan, Queen memang bukan Freddie tapi Freddie adalah jantungnya Queen. Made in Heaven album terakhir yang belum kelar akhirnya dirilis setelah kematiannya.
Dunia bersedih, kita kehilangan salah satu orang jenius musik. Untuk menghormati jasa besarnya maka digelar konser A Tribute to Queen, yang tak lain tak bukan berkumpulnya musisi dunia pada satu panggung dengan membawakan lagu-lagu Queen.
Meskipun Queen telah tiada, karya-karyanya abadi dan tetap sebagai “ratu” musik dunia.
Pernah ada ide kalau David Bowie dan George Michael bersedia menggantikan posisi om Freddie tapi kagak jadi, syukurlah kalau begitu soalnya siapa yang pantas menduduki posisi terhormat itu ? asli kagak ade… Freddie kagak ade jabanannya.
Sampai saat ini, Queen sulit dicari bandingannya. Seperti tepat sekali kata Freddie “We are the champion”.

Membahas kehebatan Queen kagak ada abis-abisnya, tapi kayaknya ke Kanada enak deh… soalnya di sana ada RUSH. Trio Canadian yang menggebrak panggung musik dunia.

Dengan formasi Geddy Lee pada vokal, bass dan synthesizer, Neil Pert pada drum dan Alex Lifeson pada seksi gitar, mereka mampu ikut memberikan warna di kancah musik rock. Banyak grup-grup yang kemudian terpengaruh oleh musik RUSH.
Ketiga orang tadi memiliki skil bermusik yang tinggi dan merata, sehingga tidak ada dominasi antar mereka. Satu sama lain tahu apa yang harus dikerjakan, yang pada akhirnya dihasilkan karya bermutu tinggi.
Tema liriknya high tech  dan futuristik dan jarang menceritakan soal pribadi atau cinta-cintaan. Lagu Manhattan Project bercerita tentang proyek yang dipimpin Oppenheimer tahun 1939 untuk membuat bom atom sebagai oleh-oleh buat Jepang.

Suara vokal yang sedikit keperempuan-perempuanan yang dihasilkan kerongkongan Geddy Lee membuat RUSH memiliki ciri khas, di samping permainan gitarnya si mas Alex.
Lagu seperti Tom Sawyer, Free Will, The Trees, Farewell To King atau Red Sector A kayaknya wajib didengerin deh, no comment!.

Itu semua menempatkan RUSH pada kursi yang sejajar dengan grup-grup rock kelas dunia.

Aduhh.. keliatannya kita harus balik lagi ke Inggris, abis gimana lagi, di sana sarangnya grup-grup band papan atas.

Gimana kalau kita bahas musik reggae, soalnya dari tadi rock rock melulu. Nah sekarang beralih ke musik yang bikin pinggang bisa ikut goyang. Sebenarnya The Police gak murni reggae, kadang mereka main di pop atau sedikit nge-rock.
Ciri dari grup yang berasal dari negara yang pajaknya terbesar di dunia ini adalah kesederhanaan. Baik musik maupun liriknya sederhana tetapi harmonis sehingga membuatnya enak didenger.
The Police tidak neko-neko dalam bermusik alias alon-alon waton klakon, pikirnya buat apa buat yang susah-susah kalau yang ini saja sudah bagus. Kunci keberhasilan dari grup ini adalah kemampuan personilnya, Sting, Andy Summer dan Steward Coppeland menemukan nada-nada harmonis yang gampang diolah otak yang kemudian memerintahkan untuk memproduksi serotonin sehingga yang mendengarkan bisa mangut-manggut. Kalau di sini yaa mirip dengan Sheila On 7 lah..

Wrapped Around Your Finger, Every Little Thing She Does Is Magic, Born In The 50’s, Every Breath You Take, salah satu karya terbaik The Police.

Dari Inggris kita terbang sedikit ke Belanda, Van Halen sudah menunggu dari tadi nih. Di grup ini jagoan gitar rock bercokol, Eddie Van Halen. Musik Van Halen mudah sekali di kenali dari sound-nya selain juga permainan gitar mas Eddie. Jump, Right Here Right Now salah satu lagu ngetop karya wong londo itu. Meskipun kita lagi gencar memberantas KKN ternyata 2 orang keluarga Van Halen nongkrong di grup itu, Eddie Van Halen dan Alex Van Halen. Tapi yang jelas mereka berdua bisa megang gitar dan drum bukan karena KKN tapi karena koneksi, nah lho.. bedanya apa…

Abis ngeliat-ngeliat indahnya bunga Tulip kita langsung bergerak ke Irlandia untuk mendobrak markasnya U2.

Pernah di beritakan bahwa di salah satu konsernya didatangi penonton yang melebihi banyaknya penontonThe Beatles. Gue sih percaya aja soalnya emang lagunya enak-enak jadi penggemarnya pasti banyak. Sama seperti The Police, musik U2 juga sederhana dan minimalis tidak banyak terkandung masalah teknik. Yang mereka lakukan mencipta lalu menyanyi dan mereka percaya kalau lagu-lagunya banyak yang suka. That’s it, finish.

U2 yang dikomandani oleh Bono Vox pernah membuat sound track film Batman dan Golden Eye 007 (dibawakan olehTina Turner).

Kayaknya jangan berlama-lama ria di sini deh… takut diberondong sama pasukan IRA, mending kita langsung cabut aja ke Amerika dimana HAM di jamin sama UUD.

Metallica grup metal yang bermula dari garasi mobil. Siapa yang tidak kenal sama grup metal asal California, USA yang dibentuk tahun 1981 ini. Meski masuk kategori Hard Metal tapi lagu-lagunya masih bisa didengerin alias kuping enggak keberatan untuk ndengerinnya. Coba aja ambil tape lalu puter Fade to Black, Sanitarium, Nothing Else Matter atau Unforgiven atau yang lainnya, lumayan enak bahkan untuk pengantar tidur. Ada juga sih yang ganas seperti Damage Inc., Dispossable Heroes, Master of Puppet, Four Horsemen dll. Tapi kalau mau denger perpaduan ke-duanya simak lagu One, salah satu lagu terbaik yang pernah diciptakan Metallica.

Ciri musik Metallica adalah komposisi dan sound-nya, pada awalnya mereka jago buat lagu dengan kombinasi petikan dan ke-deep-an seperti pada Fade to Black, Sanitarium, One, Unforgiven. Tapi belakangan mereka sudah tidak lagi menelorkan lagu-lagu seperti itu, emang udah kagak mampu lagi atau apa yaaa…
James Hetfield, Lars Ulrich, Kirk Hammet dan Cliff Burton mampu mengusung Metallica ke tempat yang terhormat di jagad metal. Itu karena musik mereka beda dengan grup metal lainnya, kalau enggak percaya tanya aja tetangga sebelah..!
Masih inget Seek And Destroy… itu lagu jaman gue es em a jadi lagu wajib hampir setiap pagelaran musik, baik tingkat sekolahan atau pada acara RT. Penontonnya dengan senang hati mengoyangkan kepalanya naik turun yang dulu tenar dengan sebutan head banging.
Album satu sampe tiga posisi bass dipegang Cliff tapi pada album ke empat digantikan Jason Newstead karena meninggal dalam kecelakaan bus saat melakukan tur konser. Cliff sempat membuat solo bass di album Kill ‘Em All yang judulnya Pulling Teeth. Untuk menghormati jasanya maka Metallica merilis lagu yang bernuansa duka-cita, To Live Is To Die.

Sepeninggalan Cliff Metallica langsung mengadakan audisi, dan orang yang beruntung itu adalah Jason Newstead. Yang kalau di foto senengnya miring.
Metallica pernah manggung 2 hari di stadion Lebak Bulus, konsernya berjalan mulus cuman ada sedikit keributan di luar stadion yang menyebabkan dilarangnya konser musik import untuk beberapa saat.
Kalau di perhatikan dari album awal sampai terakhir, terlihat Metallica semakin matang dalam bermusik, coba saja bandingkan album 1 – 3 dibandingkan yang ke 4 lalu banding kan lagi dengan ke 5. Tapi sayang keliatannya para personilnya udah mulai jenuh, itu bisa dilihat pada album-album terakhirnya yang sudah tidak bercirikan Metallica lagi. “Come on friends, keep on stage with Marshall noise”.

Kalau saja Dave Mustaine enggak nendang anjingnya James Hetfield, tentu dia masih di Metallica dan tidak membentuk grup Megadeth. Grup ini musiknya hampir mirip dengan Metallica, lha wong pendirinya mantan gitaris Metallica juga. Cirinya adalah dalam menyanyi Dave menggunakan gaya bertutur. Selain Dave yang juga pegang gitar, Megadeth dibantu virtuoso Marty Friedman pada seksi lead gitar. Perpaduan dua gitaris handal menghasilkan karya-karya yang apik. Pada album Cryptic Writings terlihat kematangan Megadeth dalam bermusik.

Akhir tahun 2001 Megadeth gelar konser di Medan, kenapa Medan sih.. di sini di DKI khan lebih banyak penggemarnya, alasannya katanya Jakarta lagi ada persiapan SU MPR, brengsek.. kenapa sih SU lebih penting dari kedatangan Megadeth yang belon tentu mau dateng lagi ke sini…shit!.

Pada rentang tahun 80 sampe 90 banyak musisi besar muncul, pada dekade itu aliran metal memiliki pengaruh yang cukup kuat. Salah satunya dua yang di atas.  Pada era itu pula cukup banyak gitaris rock hebat muncul seperti Kirk Hammet, Alex Scholnick, Joe Satriani ,Steve Vai ,Yngwie Malmsteen .

Diantara semua itu ada satu yang bercirikan speed. Dia tidak lain tidak bukan adalah Yngwie Malmsteen. Kecepatan jarinya sangat menakjubkan. Bermain dengan kecepatan tinggi 200 mil per jam menjadikan Yngwie pemain gitar tercepat, semua orang ingin seperti dia.
Dengan background musik klasik Yngwie cukup sukses memasukan unsur klasik pada beberapa karyanya.
Yngwie juga pernah bikin konser di Solo tapi enggak sukses karena hujan tiba-tiba turun. Kita mengharapkan kalau saja ada promotor sini yang mau mengundang Yngwie untuk sekedar unjuk kebolehan di Senayan, gimana setuju khan…

Banyak musisi hebat yang memiliki bakat alam alias otodidak, tapi banyak juga yang jebolan sekolah musik seperti pada Dream Theater.

Seluruh personilnya adalah kumpulan pemusik terbaik dari Berklee College Of Music. Bisa dibayangkan gimana kalau sekelompok murid pinter berkumpul untuk membuat musik, hasilnya adalah, kesempurnaan. Musik mereka terstruktur alias mengikuti pakem-pakem yang layaknya diajarkan di sekolah musik.
Memang dapat sedikit dibedakan antara pemusik sekolahan dengan yang otodidak, sebagai contoh gak usah jauh-jauh kita lihat saja antara Ian Antono dengan Eet Syahrani. Ian yang besar di lingkungan anak band, hasil karyanya cenderung sedikit liar tapi penuh perasaan, sedangkan musik Eet yang pernah menimba ilmu pada Eddie Van Halen ini kelihatan seperti berjalan di atas rel dengan dinamika yang dikontrol oleh teori-teori.

Penguasaan teknik pada setiap personil Dream Theater menghasilkan karya-karya yang indah, simak saja seperti Pull Me Under, Another Day, Surrounded  dll.

Dari tadi yang dibahas grup yang anggotanya laki-laki semua, bagaimana kalau beralih ke musisi perempuan yang karya-karyanya enggak kalah lho..

Pasti kamu-kamu masih inget dengan lagu 99 Luft Balloons, itu lagu sering banget diputer di radio sekitar pertengahan 80an. Sayang liriknya berbahasa Jerman, jadi kite-kite yang kagak pernah makan kursus bahasa Jerman asli kagak bisa ngikutin liriknya, sampe akhirnya judulnya dipelesetin jadi “99 Kali Niup Balon”.

Mungkin karena dia mendengar keluhan kita, gak lama kemudian dirilis versi Inggrisnya 99 Red Balloons,  nah ini baru kite ngarti…
Si empunya suara tersebut kagak lain kagak bukan adalah Nena , ibu tiga anak nan ayu dari Jerman sana yang nama aslinya Gabriela Suzzane Kerner.
Sayang disayang selepas lagu itu NENA kagak kedengeran lagi suaranya alias hilang dari peredaran, itu mungkin karena kurangnya promosi atau warna musiknya kagak cocok lagi ama orang model kite-kite.

Sekarang kita ke Australia, banyak musisi terkenal yang dilahirkan di negeri ini seperti Bee Gee, Olivia Newton John, John Bjork... eh dia khan pemain tenis!, tapi yang akan kita bahas kali ini adalah si jelita Natalie Imbruglia.

Pendatang baru ini langsung melejit pada debutan pertamanya. Meski enggak banyak lagu-lagu dari albumnya dikenal di sini tapi yang jelas lagu Torn enak didenger, lirik maupun warna vokalnya cocok banget, pokoknya enak banget, gue aja kalau malem abis tiga..!. Selain cuap-cuap dia lumayan jago juga di depan kamera, liat aja aktingnya di video klip Torn, sangat menjiwai perannya sebagai gadis yang “terluka”.
Penyanyi mungil yang satu kampung dengan janda kembang Nicole Kidman ini menulis sendiri sebagian besar lagu-lagunya, udah cantik pinter pula.. coba kurang apa. Aduh kapan ya mbak Natalie gelar konser di Senayan…

Coda…


Kita sudah ngalor-ngidul ngetan ‘mbali ngulon ngomongin soal grup-grup musik yang ada di planet ini, emang enggak semuanya sih…

Kalau diperhatikan perkembangan musik sejalan dengan berubahnya jaman, kalau dulu era ’60-an hingar bingar ala Jimmy Hendrix yang sarat akan noise merupakan musik yang paling keras pada saat itu, tapi sekarang cara seperti itu sudah kadaluarsa alias sudah diganti dengan teknik permainan dengan instrumen yang lebih maju. Itu terjadi pula pada jenis aliran musik lainnya, jazz, blues, country dll.
Cuman dangdut aja yang dari jaman Belanda gigit Jepang sampe sekarang musiknya gitu-gitu aja, paling yang beda cuman penari latarnya yang sekarang lebih montok-montok dengan baju setengah tiang alias udelnya kadang ada di kiri kadang di kanan.

Kita harus berterimakasih kepada mereka yang telah berjasa besar meletakan dasar musik yang ada sekarang. Tanpa mereka mungkin saat ini kita masih ‘ndengerin suara gamelan yang ‘ndengerinnya pake baju batik.
Pecinta musik yang terhormat adalah yang menghargai “pahlawannya”.

Well.. sebagai kata penutup, jangan menutup terhadap musik karena musik tidak bisa ditutup-tutup seperti halnya kuping yang tidak bisa tertutup. Menutup akan musik berarti menutup kuping, padahal kuping diciptakan bukan untuk ditutup.

Berharap kuping tidak ditutup karena tidak mungkin tertutup kalau tidak ada sebabnya kenapa ditutup. Hidup tutup... Thanks.


February 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar