DHANIAR tampak sedang membuka-buka
majalah. Majalah khusus wanita. Majalah yang berisi bukan melulu soal
kewanitaan secara fisik, tapi juga memuat artikel-artikel umum guna mengasah
nalar objektif yang memang jarang sekali digunakan oleh kaum yang sebagian
orang anggap lemah ini.
Meskipun begitu, bukan berarti
para lelaki, dosa untuk sekedar membacanya. Karena kadang informasi di dalamnya
berguna juga untuk mengetahui sebenarnya apa sih perempuan itu dan kenapa sih
begitu banyak prosedur hidup yang harus dijalani.
Memang kalau dicermati, hampir
segala sisi kehidupan wanita menarik untuk dilihat, menarik untuk dibahas dan
menarik untuk diomongin.
Meski bentuk kodratnya kecil
mungil plus tenaga yang kurang seberapa, tapi memiliki kekuatan tak tampak
relatif yang sangat besar hingga bisa ``memakan`` orang-orang besar.
Masih ingat bagaimana hebatnya Eva
Braun dengan segala pesonanya membuat Hitler sang Feurer yang bercita-cita
menciptakan kampung dunia yang bersih dari orang Yahudi dengan dia sebagai
lurahnya dapat bertekuk lutut.
Jatuhnya sang legenda John Lennon
ke dunia ``gelap`` karena pengaruh dari sisi gelap Yoko Ono yang memang suka
sekali memakai kacamata gelap.
Atau tamatnya kisah kehebatan
Samson di karenakan kelihaian Leyla dalam memanfaatkan kemolekan tubuhnya
sehingga sang perkasa tersebut dalam keadaan tak sadar dicabut bulu keteknya
satu satu (sampai habis).
Sedang, mungkin nama Dibyo `nggak
bakalan terkenal sebagai juragan tiket pertunjukan di Jakarta tanpa embel-embel
kata ``ibu``. `Nggak yakin bakalan ada E=m.c2 tanpa kehadiran Mileva di saat
sang jenius Einstein butuh tempat pencurahan isi hati. Atau `nggak yakin Paul
McCartney dapat menciptakan lagu-lagu nan romantis kalau saja Linda tak pernah
dilahirkan.
Semua itu mungkin dapat di anggap
contoh dari sebuah sisi kehidupan yang memaksa kita untuk mempercayai adanya
bagian lain yang kontra terhadap sebuah proses penglihatan.
Keripik kentang yang dibelinya
sepulang kuliah tinggal setengahnya. Buru-buru Dhaniar menutup toples dan
mengenyahkannya jauh-jauh.
Mamanya sudah mewanti-wanti untuk
jangan terlalu sering makan makanan yang banyak karbohidratnya itu, kalau
`nggak kepengen badannya jadi melar. Hiii...
Dhaniar beranjak dari kursi
panjang, duduk di depan cermin meja riasnya. Kalau saja benda itu bisa ngomong,
mungkin ia berkata ``cantik sekali gadis
ini``.
Terlihat ada beberapa jenis parfum
untuk beberapa jenis acara. Beberapa warna lipstick plus kuasnya yang hampir
sewarna. Dan beberapa facial cosmetics. Semuanya untuk kecantikan. Semuanya
sebagai pelengkap untuk melaksanakan kodratnya yang ingin terlihat menarik.
Kalau dilihat, kebanyakan
``peralatan perang``nya adalah produk dalam negri. Produk yang `enggak tau
kenapa `nggak bisa bernafas di habitatnya sendiri. Habitat yang seharusnya
memberi nafas buat produk-produk tersebut. Rupanya gadis semata wayang ini
cinta terhadap negrinya sendiri.
Diambilnya pembersih muka untuk
menghilangkan pelembab yang dipakainya sewaktu berangkat kuliah tadi pagi.
Gincu merah muda yang sudah sedikit pudar dihapus dengan tissue lembut yang
dicelupkan di air.
Temannya pernah bilang untuk
sesegera membersihkan muka, soalnya bagaimanapun baiknya sebuah kosmetik tetap
aja itu merupakan benda asing bagi tubuh kita sendiri.
Namanya aja benda asing, pasti
asing bagi tubuh kita yang bukan merupakan benda asing ini.
Tapi kadang Dhaniar juga menuruti
nasihat temannya itu, tapi lebih sering melanggarnya. Ah dasar cewek!.
Tampak sesekali wajahnya
dimiringkan ke kanan dan ke kiri, alisnya dinaik turunkan, bibirnya dibentuk
seperti sedang tersenyum atau dimonyongkan. Seakan belum begitu yakin kalau
sang
Pencipta telah mengerahkan segala
kemampuan-Nya untuk membentuk salah satu Master piece ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar